Friday, February 15, 2013

MENUJU ERA MOBIL LISTRIK


Industri otomotif dunia sedang bersemangat untuk menjadi terdepan dalam memproduksi mobil hemat energi. Sedangkan Indonesia masih pada tahap berusaha membuat mobil, belum sampai pada mobil hemat energi dan ramah lingkungan. Namun, bukan berarti Indonesia tidak bisa langsung melompat atau bahkan melampaui industri otomotif kuat dalam memproduksi mobil yang revolusioner, yaitu mobil yang seluruh komponennya didesain untuk hemat energi secara signifikan
Indonesia adalah bangsa yang besar, siapapun warga negara Indonnesia pasti mengamini, setidaknya menginginkan. Salah satu representasinya adalah memiliki kebanggaan nasional yang bersaing (mininal sama) dengan kebanggaan negara lainnya. Kondisi saat ini, bangsa Indonesia sangat kekurangan manifestasi kebanggaan nasional.
Asalkan kita punya semangat yang revolusioner dalam membuat mobil, maka mobil itu bukan sekadar mimpi. Lihat, perkembangan teknologi pesawat terbang yang semakin hari semakin ramah lingkungan menunjukkan mobil hemat revolusioner sangat mungkin dibuat oleh Indonesia .
Pemerintah saat ini melalui Menteri Koordinator Perekonomian Hatta Rajasa, mengatakan pemerintah akan membentuk pusat pengembangan teknologi dan industri otomotif untuk mendorong produksi 10.000 mobil listrik nasional pada 2014. Pemerintah juga akan putuskan untuk membangun pusat pengembangan teknologi dan industri otomotif berbasis green car.
Bahkan Hatta selaku Menteri Koordinator Perekonomian telah memanggil enam perguruan tinggi beserta menteri-menteri terkait yang dimana perguruan tinggi tersebut yaitu ITB, UI, UGM, ITS, Politeknik Manufaktur Bandung, dan menteri-menteri terkait untuk membahas program pembuatan mobil listrik nasional.
Apalagi Pemerintah akan menjadikan mobil listrik sebagai kendaraan operasional resmi dalam gelaran Konferensi Tingkat Tinggi APEC (Asia-Pacific Economic Cooperation) di Bali, Oktober mendatang. Penggunaan kendaraan listrik dalam KTT APEC  secara langsung akan menunjukkan kepada dunia bahwa Indonesia serius mendorong pengembangan kendaraan ramah lingkungan.
Memang saat ini pemerintah  sedang menyiapkan program mobil listrik nasional. Perguruan tinggi, lembaga penelitian, badan usaha milik negara, dan swasta diminta bekerja sama mendukung program ini. Alasan pemerintah menjalankan program mobil listrik adalah mengurangi ketergantungan pada bahan bakar minyak (BBM) yang semakin tahun semakin tipis persediaannya.
Untuk menghitung efisiensi energi mobil listrik, memang harus menghitung efisiensi secara keseluruhan, mulai dari energi keluar dari sumur minyak atau gas sampai menjadi energi gerak di roda mobil. Efisiensi mesin mobil konvensional biasanya 15-20 persen. Jika kita perhitungkan energi yang hilang di kilang minyak, sepanjang distribusi, dan sistem transmisi mobil, efisiensi totalnya 12-17 persen.
Sebaliknya, pada mobil listrik, yang efisiensinya rendah adalah pembangkit listriknya. Dengan menggunakan pembangkit listrik berbasis gas dan uap, efisiensi bisa 50-60 persen. Dengan memperhitungkan energi yang hilang di saluran transmisi, distribusi listrik, dan motor listrik, efisiensi keseluruhan mobil listrik bisa 21-29 persen. Jadi, efisiensi total mobil listrik dua kali efisiensi mobil konvensional.
Selain itu, energi listrik bisa dibangkitkan dari sumber energi nonfosil. Energi listrik bisa berasal dari energi air, panas bumi, energi angin, energi matahari, nuklir, dan sumber-sumber nonfosil lainnya. Dengan demikian, penggunaan mobil listrik bisa membantu mengatasi polusi dan pemanasan global.
Akan tetapi, mengapa program mobil listrik di banyak negara maju gagal? Mengapa kita tidak memilih mobil hibrida yang juga hemat BBM. Sebenarnya orang sudah mengenal mobil listrik sejak tahun 1930-an. Namun, banyak negara Barat baru serius mengembangkan mobil listrik setelah krisis energi pertama tahun 1970-an.
Teknologi mobil listrik semakin maju dengan kemajuan teknologi elektronika daya pada tahun 1980-an. Dengan waktu pengembangan yang sudah lama, secara umum teknologi mobil listrik sudah siap.
Namun, mobil listrik belum juga menggantikan mobil konvensional karena faktor baterai. Seandainya mobil listrik tidak memerlukan baterai, penulis yakin orang akan lebih memilih mobil listrik. Contoh mobil listrik tanpa baterai yang sukses adalah kereta listrik.
Baterai menjadi masalah karena sampai saat ini-untuk yang paling modern sekalipun-rapat energi (energi per satuan berat) dari baterai masih jauh lebih rendah dibandingkan BBM. Akibatnya, untuk berat atau volume yang sama, satu tangki BBM mengandung energi yang jauh lebih tinggi dibandingkan baterai.
Untuk mengisi baterai mobil hingga penuh, biasanya diperlukan waktu 5-6 jam, itu pun hanya sanggup menempuh jarak sekitar 100 kilometer. Adapun untuk mengisi penuh satu tangki BBM, hanya perlu waktu sekitar 10 menit dan bisa menempuh jarak sampai 500 kilometer. Saat ini, berbagai negara berlomba untuk memecahkan masalah baterai ini.
Salah satunya adalah dengan kemunculan mobil hibrida. Tenaga gerak mobil hibrida berasal dari mesin mobil dan motor listrik. Baterai motor listrik diisi oleh mesin yang juga menggerakkan mobil, jadi energi berasal dari BBM. Dengan cara ini, mesin mobil bisa selalu bekerja pada pembebanan optimum sehingga efisiensi naik.
Saatnya sekarang bagaimana mengintegrasikan potensi-potensi tersebut dijadikan menjadi satu sebagai satu kekuatan besar dalam menciptakan mobil listrik yang dapat diproduksi dan diterima secara masal.
Namun yang menjadi pertanyaan sekarang adalah, apakah di Indonesia sudah layak menggunakan mobil listrik dalam skala massal. Ditinjau dari keuntungan mobil lsitrik dibanding mobil konvensional memang selayaknya untuk city car, mobil listrik layak dipromosikan.


Sumber : http://www.beritasatu.com/mobile/blog/ekonomi/2092-menuju-era-mobil-listrik.html

No comments:

Post a Comment